Jumat, 11 Desember 2015

Mengenal Kiriko Nananan



Mengenal Kiriko Nananan

Sejak kecil Kiriko Nananan sudah menyukai manga dan menggambar ulang manga yang dia suka—terutama shojo manga. Kiriko kecil sering menemukan ide dari koran yang didalamnya ada kolom iklan dan untuk beberapa jam ia bisa termenung dan berpikir sebuah cerita yang akan ia tulis nantinya. Ketika beranjak dewasa Kiriko mulai menggambar manga dewasa dan kemudian ia mulai menemukan gayanya sendiri.
Tsumugi Taku adalah insprasi dari Kiriko muda, namun pengaruh terbesar dalam pandangannya terhadap manga adalah Kyoko Okazaki. Biasanya penulis shojo manga untuk beberapa aspek harus ada semacam batas tertentu. Misalnya, dalam majalah josei manga, seorang mangaka tidak seharusnya menggambar adegan yang terlalu erotis, tidak ada adegan ciuman atau paling tidak tidak ada ciuman dengan lidah atau semacam itu. Kadang penulis perempuan perlu kebebasan, seperti yang dilakukan Kyoko Okazaki meski ia perempuan.

Kiriko Nananan tidak pernah mempermasalahkan klasifikasi demografi dalam manga. Baik laki-laki atau perempuan bisa baca jenis manga apapun. 

Pada umur 20 Kiriko Nananan memulai debut profesionalnya saat belajar desain di Tokyo. Majalah Garo yang mempublikasi manganya. Garo sangat fleksibel. Jumlah halaman, konten, gaya dan semuanya diserahkan kepada penulis dengan sebebas-bebasnya. Kebebasan itu sangat membuatnya nyaman. Seandainya Kiriko tidak pernah bekerja sama dengan Garo mungkin Ia tidak akan seperti saat ini.
Gaya minimalis adalah salah satu cirri khas Kiriko Nananan. Dalam menggambar manga, ia selalu memulai dengan menggambar kotak-kotak semacam poster atau ilustrasi yang terpisah-pisah. Ia senang membuat semacam ruang kosong di komiknya seolah-olah menggambarkan isolasi atau perasaan yang sedang gundah atau kesedihan. Dalam beberapa judul komik, Blue misalnya beberapa halamannya hanya diisi kalimat.
Kiriko percaya bahwa beberapa perasaan tidak bisa dituangkan dengan baik oleh kata-kata alih-alih ruang kosong, permukaan yang gelap, garis-garis. Kiriko juga percaya setiap musik memberikan kesan yang unik. Ia mendengarkan musik yang sama berulang-ulang ketika menulis komik Blue.

Kiriko tidak pernah punya asisten, berbeda dengan kebanyakan mangaka. Komik-komik Kiriko sedikit banyak adalah autobiografi, dengan kata lain kehidupan sehari-harinya adalah subjek dari komiknya. Ia hanya ingin karyanya hanya ia yang terlibat sebab hanya ia sendiri yang mengerti ceritanya sendiri.
Kiriko merasa dalam kehidupan pribadi ada semacam frasa dalam pikiran. Misalnya, apakah saya punya cinta yang menyedihkan dan saya menangis. Frasa itu muncul dalam pikirannya dan begitulah awal mula Kiriko akan memulai menulis manga. Kemudian ia akan berpikir karakter seperti apa yang akan digambar. Untuk menggambar satu karakter saja kadang ia membutuhkan waktu empat jam.

Sumber:
Wawancara oleh Benoit peters di http://www.eesi.eu/
Foto: http://www.ponentmon.com/

Trivia

  • Dua manganya, Blue dan Strawberry Shortcake telah dibuat film live action.
  • Kiriko Nananan memerankan Toko Iwase dalam film Strawberry shortcakes yang diadaptasi dari manganya dengan judul yang sama karya Kiriko Nananan.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar