J. D. Salinger Sosok Inspiratif
Warning: Spoiler Alert
Warning: Spoiler Alert
Kalau belum pernah membaca karya-karya
Salinger setidaknya silahkan baca dulu ringkasan novel the Catcher in the Rye di
Shmoop atau sedikit sinopsis dari blog A. S. Laksana. Itu akan sedikit membantu.
Bagi pencinta sastra
pasti J.D. Salinger bukan sosok asing. Bagi yang belum mengenalnya, ia adalah
sosok yang kontroversi dan unik dan memiliki gaya penulisan yang menarik dan
banyak diikuti penulis modern. Kalimat awal dalam novelnya “Catcher in The Rye”
sudah menegaskan gaya penulisannya yang unik. Saya kutipkan kalimatnya yang
diambil dari novel dengan bahasa aslinya: “If you really want to hear about it, the first thing
you'll probably want to know is where I was born, an what my lousy childhood
was like, and how my parents were occupied and all before they had me, and all
that David Copperfield kind of crap, but I don't feel like going into it, if
you want to know the truth”.
Melalui narasi Holden
Caulfield dengan penuturan sudut pandang orang pertama, J.D. Salinger dengan
sikap tidak mau mengikuti pasaran—dalam hal ini ia tidak mau mengikuti cara
bertutur dengan gaya novel “David Copperfield” yang mengisahkan kehidupan tokoh
utamanya dari kecil hingga tua— J. D. Salinger menulis dengan sesukanya
sendiri. Tulisannya begitu mengalir dan sangat enak diikuti. Karakter Holden
Caulfield, walaupun bermasalah tetap saja begitu loveable. Ia punya ideologi yang kuat dan suka sekali cursing dan membuat umpatan yang hampir
sama kreatifnya dengan umpatan-umpatan dalam film “Pulp Fiction”
Ada yang bilang bahwa
kesenangan membaca novel akan lebih didapat dari bahasa aslinya daripada novel
yang sudah diterjemahkan. Saya memulai dengan “Ulyses”-nya James Joyce dan saya
hanya berkubang pada halaman awal-awal saja hingga kini. Namun berbeda dengan
“the Catcher in the Rye”. Inilah novel bagasa Inggris pertama yang bisa saya
baca habis (kalau pembaca ingin membaca versi terjemahan Indonesia-nya bisa
baca terjemahannya dari buku terbitan Banana).
J.D. Salinger sangat anti mainstream dan pada awalnya
orang-orang tidak menyukai itu. Banyak sekolah-sekolah Amerika menolak novel
the Catcher in the Rye, tapi sekarang hampir sekolah-sekolah Amerika menjadikan
salah satu novel favorit untuk dibaca. Tidak terhitung karya sastra yang
membuat refrensi atau alusi tentang the Catcher in The Rye, misalnya:
“Norwegian Wood”nya Haruki Murakami atau “the Perk of Being Wallflower” yang
juga sudah dibuat filmnya, itu loh yang ada Emma Watson berambut pendek. Lalu
bagaimana dengan dunia komik dan Animasi?
Sepertinya penulis skenario animasi
seri yang diadaptasi dari manga Shirow
Masamune ini benar-benar penggemar J. D. Salinger. Pertama tentu saja Laughing
Man, si hacker misterius yang jenius
dan merepotkan. Laughing Man diambil dari judul cerpen J. D. Salinger.
Referensi lainnya yang dari cerpen tersebut adalah topi bisbol dan juga
pegangan bisbol.
Referensi J. D. Salinger lainnya adalah
tentan The Secret Goldfish di episode ketika Tachikoma bertemu dengan Miki. The
Secret Goldfish adalah referensi yang diambil dari the Catcher in The Rye. Ini
beberapa kalimat dari novelnya:
“He used to be just a regular writer, when he was
home. He wrote this terrific book of short stories, The Secret Goldfish, in
case you never heard of him. The best one in it was "The Secret
Goldfish." It was about this little kid that wouldn't let anybody look at
his goldfish because he'd bought it with his own money. It killed me. Now he's
out in Hollywood, D.B., being a prostitute. If there's one thing I hate, it's
the movies. Don't even mention them to me.”
Dan
ini adalah dialog antara Miki dan Tachikoma:
Miki: It’s a story whose main
character is a girl who is about the same age as me.
Tachikoma: Same age?
Miki: Yeah. A Story about a girl who
dowsn’t want to let anybody else see her goldfish. When people ash her why she
doesn’t want to let anybody see her goldfish, she says it’s because she bought
the goldfish with her own money. So all the adults worry about her, thinking to
themselves, “Oh, what a silly girl”. But the goldfish had actually died a long
time earlier, and to keep the adults from finding out, the girl wouldn’t le
anyone see it.
Tacikoma: Hm, I don’t really
understand. I mean, the goldfish was dead, right? So she should just use her
allowance or something to get it fixed up like new.
Miki: It doesn’t work like that.
When a goldfish dies, it never comes back. The girl didn’t want the adults to
think that she would be sad just because her godfish died. She had grieved
enough already.
Menarik karena
kebetulan judul komik ini juga mengandung kata “Ghost”. Komik buatan Daniel
Clowes ini juga telah diadaptasi ke film oleh Tery Zwigof dan skenario ditulis
bersama dengan Daniel Clowe sendiri. Pemeran utama dalam film ini adalah Thora
Birch Scarlet Johansson. Cerita dalam komik dan film kurang lebih sama, tapi
sedikit banyak juga ada perbedaan. Daniel Clowes dalam beberapa kesempatan
pernah bilang dia sangat terinspirasi oleh cerita-cerita J. D. Salinger, bahkan
dalam komik Ghost World, Enid memakai topi berburu yang mirip dengan topi
berburu berwarna merah kesukaan Holden Caulfield. Karakter Enid sedikit banyak
memiliki kesamaan dengan Holden Caulfield. Ketika remaja seusianya mulai
beralih ke proses pendewasaan, Enid menolaknya. Dia membenci dunia karena
begitu phony dan mainstream. Namun Enid tidak bisa berbuat banyak, bahkan Rebecca
satu-satunya temannya juga beranjak dewasa dan mulai menjauhinya. Akhir komik
dan film ini memperlihatkan bagaimana Enid naik bus dan keluar kota seolah-olah
metafora dari bunuh diri. Bandingkan dengan ide Holden Caulfield yang ingin
pergi ke suatu tempat asing dan berpura-pura menjadi orang tuli dan tinggal
sendirian di rumah kayu di tengah hutan.
Trivia:
Beberapa pembunuhan dikaitkan dengan novel Salinger dan yang
paling populer adalah penembakan John Lennon. Mark David Chapman dipercaya
habis membaca the Catcher in the Rye dan entah mengapa jadi punya niat membunuh
John Lennon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar